MENGAPA ANAK MALAS MEMBACA?
Mengapa anak malas membaca?
Ada banyak hal yang membuat anak malas membaca.
Bisa kita lihat dari tahapan usia sejak dini yang telah dilaluinya.
Anak malas membaca, jika ia jarang diberi rangsangan saat masih usia dini. Jarang dikenalkan dengan buku-buku yang menarik dan sesuai untuk dikonsumsinya.
Ayah Ibunya malah rajin membelikan mainan mahal lainnya, tapi lupa pada benda persegi yang bernama buku. Padahal buku yang dikenalkan sejak kecil akan melekat erat dalam ingatannya. Apalagi jika dibacakan berulang-ulang
Ingatkah and dengan film Baby's Day Out?
Bayi yang bisa kembali pulang ke rumahnya setelah berkelana berhari-hari? Sutradara menggambarkan bahwa bayi ini mengingat semua yang ada dalam buku cerita yang selalu dibacakan untuknya.
Begitulah, manfaat dahsyat merangsang otak anak dengan buku sejak masih usia dini.
Anak malas membaca jika orang dewasa keliru dalam memberikan rangsangan untuk perkembangannya ketika masih usia dini. Ini sekarang sedang berlangsung di negeri kita. Banyak orangtua dengan berbagai alasan memaksa anaknya untuk bisa membaca. Bukan melalui tahapan. Tapi ingin instan. Anak dipaksa membaca barisan huruf, dan suku kata dengan buku baca. Bukunya tak berwarna, hurufnya kecil-kecil. Sama sekali tak menarik metode yang digunakan. Tidak ramah otak anak. Hasilnya? Otaknya cedera. Ia menyimpan luka akibat pemaksaan dari lingkungannya. Tentu akhirnya ia trauma dengan barisan kata-kata. Baginya membaca hal yang menakutkan. Sementara, orangtua tak peduli. Banyak yang akhirnya menyesali, dan heran mengapa anaknya tak menyukai kegiatan membaca.
Berikutnya, anak tak suka membaca, karena tak mendapat teladan dari orangtuanya. Sebagai madrasah yang pertama dan utama, orang tua punya andil besar. Menumbuhkan minat membaca, harus dimulai dari orangtua sendiri, baru menuntut anak. Sayangnya, yang seringkali terjadi, orangtua lebih suka memerintah anaknya baca, belajar, konsentrasi. Tapi Ayah Ibunya sibuk dengan gawai atau nonton televisi. Aneh, bukan?
Jadi wajar saja jika anak sekarang protes saat diminta belajar, yang aktifitasnya kebanyakan membaca.
Kegiatan membaca sesungguhnya adalah wisata. Wisata yang paling ekonomis. Dengan membaca kita banyak mengetahui tempat tertentu, tanpa biaya banyak. Lalu tahu cara atau metode terbaik yang disuguhkan buku, tanpa belajar bertahun-tahun lamanya untuk proses memahami metode itu. Apalagi Jika membaca buku fiksi. Menghibur, memberi kekayaan diksi dan membantu kita untuk relaksasi jiwa.
Tapi sayangnya, banyak yang belum mengetahui nikmatnya membaca. Selama ini menganggap buku adalah benda yang membuat mata jadi mengantuk saat dibuka. Mengapa?
Bisa saja karena trauma saat masih duduk di bangku sekolah. Membaca hanya menghapal, tanpa mengambil makna dari isinya. Menghapal pelajaran, yang hanya sedikit digunakan dalam menghadapi ujian kehidupan di masa sekarang.
Layaknya sudah karatan. Sulit disembuhkan. Tapi begitulah penyakit.malas membaca, bagi anak mauapun orangtuanya. Menganggap membaca jadi kegiatan yang membosankan. Parahnya lagi, jika yang malas membaca itu profesinya guru. Kondisi itu diulang lagi kepada siswanya. Jadilah anak malas membaca, karena guru dan orangtua tak menjadi teladan baginya.
Anak malas membaca, karena menemukan kesenangan lainnya di rumah. Mainan baru, acara TV kabel yang banyak dan gawainya yang super canggih dengan bermacam aplikasi permainan. Saat ini memang sulit menjauhkan anak dari gawainya. Semua sudah sangat berbeda. Generasi Z yang dikelilingi aplikasi pembelajaran online dan kemudahan layanan online lainnya, jadi latah.
Ketergantungan pada gawainya juga berlebihan. Hingga seringkali berbohong pada orangtuanya. Sedang belajar, tapi ternyata main game berjam-jam. Prihatin sekali akan hal ini.
Jadi, apapun yang dilakukan anak sekarang, adalah dari contoh yang ia lihat. Maka tak salah jika kita sebagai orangtuanya dan gurunya lebih dulu insyaf.
Rajin membaca, sering menulis. Menciptakan lingkungan literat. Menyediakan sarana untuk anak lebih pada bahan bacaan yang banyak. Tantang anak membaca buku dengan banyak judul. Lalu minta ia menceritakan kembali. Niscaya ia akan menyukai kegiatan membaca.
Sebab tugas kita pada anak-anak masih panjang. Menyiapkan dirinya untuk berenang dilautan kehidupan ini.
Mungkin saja, ombak yang datang lebih dahsyat dari sekarang. Tapi esok ia harus sendiri. Mandiri. Kita tak bisa selalu disampingnya. Perkayalah ia dengan bahan bacaan yang berguna. Teman sejati yang tak.pernah ingkar janji adalah buku.
Salam literasi!
Gaperta 5 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Benar sekali bunda, mksh bun tulisannya menginspirasi kita
Aamiin.Alhamdulillah Bunda. Terimakasih
Kereen Bunda. Sukses selalu
Salam buat Bunda Keren
Tulisan yang mantap Mbak Wik
Alhamdulillah Mbak ku sayang.Suwun
Super sekali, bunda.
Aamiin..Terimakasih BuBarakalah
Bagus .....isinya luar biasaMantap ....Mbak Wik